NarasiLia.com

Berbagi pengalaman tentang keluarga, gaya hidup, kesehatan, hewan peliharaan, naik kereta, dan kegiatan anak.

4.2.14

Terapi Uap di Rumah Saja

Ceritanya sudah tiga hari Shidqi demam tinggi, batuk, pilek berat, dan keliatan sesak nafas. Perut, dada, lehernya kembang kempis, terlihat cekung dalam dan naik turun. 

Makan minum selalu muntah. Tak tega melihatnya. Kami segera membawanya ke dokter anak dan malah kaget saat dibilang anakku kena asma.

Aku dan suami masih bingung, belum puas dengan jawaban dokter yang terlihat tergesa-gesa itu. Shidqi hanya dicek melalui stetoskop, tanpa tes darah atau urin, masa langsung dibilang asma?


"Asma bisa jadi karena alergi debu, dingin, dan kuman", kata dokter sambil menuliskan surat rujukan pada secarik kertas dan memberikannya kepada suster. "Nanti minum obat untuk menghilangkan batuk pileknya, untuk mengatasi gangguan pernafasannya, harus diterapi uap ke fisioterapi, kalau bisa hari ini. Sehari 3 kali ya. Supaya sesak nafasnya berkurang.

Karena sudah kasihan melihat Shidqi lemas dan sulit bernafas, kami tak banyak membantah. Kami segera daftar agar segera bisa masuk ke ruang fisioterapi. Gak berapa lama, di meja ada kotak berselang masker. Kupikir itu seperti selang oksigen, tapi suster bilang namanya Nebulizer, alat yang dapat mengeluarkan uap obat pelega pernafasan.

Saat terapi uap dimulai, Shidqi malah menangis dan meronta-ronta, mungkin kaget dan takut. Tapi kata suster malah lebih baik menangis, agar uapnya lekas terhirup ke dalam saluran pernafasan sehingga membuat paru-paru ringan bekerja. *Fiuuh, lumayan juga lho megangin anak kecil yang ngamuk gak suka diperlakukan macam begini.

Dua hari berlalu, kesehatan Shidqi belum juga membaik. Shidqi masih keliatan lemas dan batuknya semakin berat saja. Makan pun masih saja disertai muntah, kok kaya orang kena TBC ya. Aku mulai panik dan membawa kembali Shidqi ke rumah sakit.

Ganti dokter, mencari opini lain.

Masih penasaran Shidqi ini kenapa? pasti ada penyebabnya. Gak mungkin hanya alergi lalu asma. Enak aja.. *tetep gak terima.


Benar saja, setelah menjalani tes darah, urin di laboratorium dan foto thorax di bagian radiologi, Shidqi dinyatakan menderita BronchopneumoniaKarena kondisinya sudah parah, Shidqi harus segera dirawat intensif masuk ke ruang PICU (Pediatric Intensive Care Unit) yaitu ruangan khusus merawat anak-anak secara intensif, diberi bantuan oksigen, antibiotik dosis tinggi melalui infus dan diterapi uap sebanyak 4 kali sehari.


Dokter bertindak cepat, beliau tak ingin Shidqi kehabisan oksigen, hal ini dapat membuat kejang dan menimbulkan kerusakan otak. Lebih fatal akibatnya jika tak segera ditangani. Proses terapi uap dilakukan mulai jam 07.00, kemudian dilanjutkan enam jam kemudian, pada pukul 13.00, 19.00, dan pukul 01.00 tengah malam. Tiap penguapan memakan waktu lebih dari 30 menit.

Dokter Susi meyakinkan diriku bahwa dia memang harus diawasi dengan ketat.

Aku deg-degan, sehari nginep di ruang PICU itu mahal booo..
Bahkan aku geleng-geleng kepala saat disuruh nebus obat antibiotiknya seharga Rp. 600,000 untuk sekali pakai, padahal dia harus pakai 3 x sehari.

Astaghfirullah, pasrah...


Nyeri hati ini, ditambah melihat badan Shidqi banyak lilitan selang. Ada selang oksigen di hidung, selang infus, kabel EKG yang ditempel di dada, dan kabel yang ujungnya menjepit di ujung jempol tangannya.

terapi Uap Di Rumah Saja


Selama enam hari dirawat, Shidqi mulai bersahabat dengan nebulizer. Dia tak takut lagi. Mungkin karena nafasnya semakin nyaman. Deru suara mesin nebulizer yang monoton menjadi musik pengiring tidurnya. Iyap, Shidqi lama-lama akan selalu tertidur jika diuap.

Aku jadi mulai hafal nama dan takaran obat uap yang dituangkan suster ke dalam air tube-nya nebulizer. Bentuknya cairan semua, jika mesin dinyalakan, cairan tersebut berubah seketika menjadi uap.

Dokter Susi Putri Wihadi, Sp.A, MM mengatakan sesak nafas yang dialami Shidqi bukanlah karena dia seorang penderita asma. Namun efek akibat paru-parunya lemah, terdapat kerusakan karena terinfeksi bakteri Pneumonococcus dan menimbulkan banyak lendir dan dahak.

Batuk kencangnya adalah reflek tubuh mengeluarkan benda asing. Namun sayang, dahaknya sudah terlalu banyak, sehingga saluran paru-paru makin terhambat, oksigen tidak dapat masuk tersirkulasi dengan baik. Makanya Shidqi jadi lemas dan sesak nafas.

Ya Allah..

Akhirnya kami merasa tenang. Sabarnya Shidqi menjalani semua ini, dia mulai ceria lagi. Batuknya mulai ringan, lebih-lebih sesak nafasnya sudah tak ada lagi. Bukan asma ya saudara-saudara.


Aku menduga hal ini juga diakibatkan sirkulasi kamar kami yang minim udara bersih, membuat ruangan kamar terasa lembab dan gerah, kipas angin terus memutarkan angin, bisa jadi ini mengakibatkan Shidqi menderita penyakit paru-paru.

Belum lagi memang aku dan suami memiliki tingkat sensitif alergi. Aku alergi udang, sedangkan suami alergi udara dingin. Konon menurut medis hal ini juga menjadi pemicu turunan genetic, Shidqi pun pasti terkena alergi. Lengkap rasanya.. #tepok jidat.


Terapi Uap di Rumah Saja


Selama di rumah sakit, jiwaku sudah lelah lahir batin. Total perawatan di rumah sakit sudah menghabiskan biaya lebih dari 8 juta. Sebagian ditanggung asuransi, sisanya kami harus menguras tabungan. Yah, tak apalah yang penting Shidqi sehat. Mau gimana lagi?

Pulang dari rumah sakit nanti, Shidqi pun tetap harus diterapi uap, kali ini 3x sehari. Bener-bener capek pikiran, capek tenaga harus bolak-balik untuk inhalasi di rumah sakit lagi. 

Mendadak kepikiran, kenapa gak terapi uap di rumah sendiri saja ya? Kami berhitung dan berfikir positifnya:


Berapa biaya yang dikeluarkan untuk sekian puluh kali terapi uap?

Uang mulai seret utk bayar fisioterapi uap, kami harus terus berhitung. Bayangkan, sekali terapi bayar 100.000 x 3 dalam sehari. Sudah 300.000 dalam sehari harus kami siapkan. Belum lagi harus dilakukan selama 4 hari ke depan, sampai betul-betul dahaknya bersih. Belum lagi ongkos PP rumah-RS, jajan, makan, minum. Satu juta lebih dalam seminggu, hahaha.. *ketawa stress!


Berapa lama waktu yang kami lalui untuk menuju rumah sakit, mengantri, belum lagi Shidqi terlihat lelah diperjalanan?

Jika punya alat sendiri, kami bisa sedikit berhemat. Tak perlu bolak balik, tidak capek, tdk menghabiskan waktu di jalan. Kondisi kami masih sebagai keluarga kecil yang mulai dari nol.


Bukankah lebih praktis kalau di rumah pun ada alat uap sebagai pertolongan pertama?

Saat dokternya visit ke kamar, aku segera berkonsultasi tentang keinginan dan tujuan kami. Ternyata dokter mendukung dan akan memberikan resepnya untuk dipakai sepulang nanti. Kami pun diajari bagaimana dosis yang digunakan nanti. 

terapi Uap Di Rumah Saja



Antara lain:
- 10 tube Ventolin, untuk 1 tube x 3 kali sehari
- 10 tube Pulmicort, juga untuk 1 tube x 3 kali sehari 
- 1 botol Bisolvon HCL, untuk 15 tetes sekali pakai.

[Baca: Bisolvon Untuk Batuk Berdahak]

    Alhamdulillah, sepulang dari rawat inap, Shidqi tak perlu lagi ke rumah sakit untuk terapi uap. Karena kami sudah membelikan Nebulizer merk Omron, seharga Rp. 650.000 (tahun 2009) dari modal uang THR. Shidqi bisa kami berikan terapi uap di rumah saja.


    terapi Uap Di Rumah Saja


    Bronchopneumonia vs Nebulizer.


    Penyakit ini adalah akibat infeksi akut yang menyerang paru-paru bagian bronchus bahkan ke arah broncholius yang disebabkan oleh bakteri streptococcus pneumoniae (pneumococcus)

    Radang ini biasanya menyerang dan menyebabkan hambatan reaksi pernafasan yang normal. Penderita nampak kesulitan nafas, dada dan lehernya nyaris kembang kempis cekung saking sesaknya, kalau boleh menghitung sepertinya 50 x per menit kembang kempisnya, makanya sering dibantu dengan alat uap itu deh.

    Baca: Cara Cepat Atasi Dengan Terapi Uap.

    Ah, saya bukan ahlinya, cuma sedikit-dikit baca referensi karena rasa penasaran saya terhadap penyakit yang menyerang anakku ini

    Terapi Uap di Rumah Saja


    Jadi jika dia mengalami batuk dan sesak nafas, alat tersebut masih digunakan, setidaknya pertolongan pertama daripada kami harus panik menemui UGD hanya untuk melegakan pernafasannya. 

    Selain itu pun madu habbatussaudah selalu kami persiapkan untuk membantu staminanya dari dalam. Insyaallah, rasa cemas itu berangsur-angsur kembali tenang.


    Selain itu kami suka mengajaknya bersepeda dan berenang agar paru-parunya tetap sehat. Atau menjemurnya setiap pagi di hangatnya matahari.

    Alhamdulillah, punya alat nebulizer juga bermanfaat sampai Shidqi punya adik. Jika mereka batuk, pilek, alat nebulizer bisa kami gunakan sebagai terapi uap. 


    Tonton cara pakai Omron Nebulizernya, bantu Subscribes juga ya, hehe..




    Kini, hanya do'a dan asa kami panjatkan, semoga anak-anakku selalu sehat dan sukses. Jadi, terapi uap di rumah saja.

    22 komentar:

    1. perawatan sendiri di rumah jauh lebih hemat ya mbak...
      gak perlu panik panik lagi

      BalasHapus
      Balasan
      1. ia betul mbak, setidaknya utk P3K

        Hapus
      2. Ya Allah, semoga selalu senantiasa sehat ya

        Hapus
    2. Mulanya terasa mahal ya, Mbak. Tapi kalau dihitung ulang untuk biaya ke rumah sakit dam biaya jasanya sudah berkali-kali lipat dari harga beli alatnya sendiri.

      BalasHapus
    3. Jadi kepengen ikutan beli mbak. Sgt menginspirasi .

      BalasHapus
    4. Bagaimana kabar si kecil, sudah lebih baik?
      Terima kasih informasinya dan pengalamannya.

      BalasHapus
    5. Kifah juga asma, di rumah jadi punya alat uap sendiri deh. Ribet soalnya tengah malem harus ke UGD kalo kambuh.

      BalasHapus
      Balasan
      1. alhamdulillah terbantu ya mbak :)

        Hapus
    6. Iyah aku tau kok bagaimana rasanya nafas terengap2..

      Kabar sekeluarga gimana sekarang mba??

      Aku penderita asma. Mungkin susah nafas udh jadi bagian dri keseharian.

      Cma bisa ngejauhin yg jadi penyebab biar nggk kambuh. Cma kadang orang2 masih bebas aja. Kaya ngerokok di tempat umum.

      Jujur sama asap rokok aku nggk kuat banget. Ngirup dikit aja udh pasti kerasa. Jadi apa boleh buat tiap hari mesti ngantongin inhaler kemana2..

      Lohhh malah curcol.. haha

      BalasHapus
      Balasan
      1. hehehe terimakasih sudah berbagi pengalamannya mas. Susah emang mas kalo menegur orang merokok, payah deh..

        Hapus
    7. oh bisa terapi di rumah juga ya

      BalasHapus
    8. Anakku juga gitu mbak, dulu sama dokter di India juga didiagnosis asma. kemana mama bawa alt. di Indonesia terkedan radang saja. dikasih antibiotik sudah sehat. hanya saja, sakitnya ini datangnya waktu musim dingin atau hujan saja. dirumah sering aku nebu, nggak pakai alat, aku uapin air hangat dikasih minyak esensial dan dihirupkan ke dia. Alhamdulilah membantu.

      Semoga anak anak kitas ehat ya mbak, nggak tega banget lihat anak sesak, batu dan meler. kasihan.

      BalasHapus
    9. Mba, aku jadi ingat nih kalo keponakanku juga sekarang terapi uap di rumah saja. Untungnya skarang ada peralatan yang membantu ya

      BalasHapus
      Balasan
      1. Iya alhamdulillaah pihak RS juga gak ngelarang ada alat di rumah

        Hapus
    10. Semoga putranya sdh sembuh seperti sediakala.
      Trims ulasannya mba. Kemaren baby girl kami terserang batuk parah hingga harus terapi uap juga.
      Kepikiran ut jaga2 selanjutnya jika terserang batuk lagi.

      BalasHapus
      Balasan
      1. Semoga sehat selalu putrinya ya pak

        Hapus
    11. Anonim18.10.20

      semoga sehat terus anak2 nya, ortu nya diberi kesabaran..insya Alloh ada hikmah dari semua ini.

      BalasHapus

    Agar tidak spam pada komentar, gunakan akun Google kamu. Atau kirim email ke: info.narasilia@gmail.com. Thank you ❤

    Pengikut:

    Lia Lathifa's Medium Audience Badge