NarasiLia.com

Berbagi pengalaman tentang keluarga, gaya hidup, kesehatan, hewan peliharaan, naik kereta, dan kegiatan anak.

21.9.22

Suka Duka Sari si Anak Adopsi di Film Neraca Kasih (1982)

Sari si Anak Adopsi di Film Neraca Kasih (1982)

Dua minggu bedrest terkena types membuatku jadi berandai-andai enak kali ya masih ada ayah dan ibu. Dimanja, disayang, diperhatikan, selalu ditanya apa maunya. Ahh, jadi kangen masa lalu dan kepengen nonton film jaman dulu yang penuh nostalgia, sekedar melepas rindu.


Iseng-iseng kutonton film Neraca Kasih (1982) di youtube. Awalnya tertarik melihat sosok mak Wok pada thumbnail, artis legendaris yang kukenal dalam serial Rumah Masa Depan di tahun 90an. Sosok keibuannya membuatku kepengen kembali ke masa kecil dan mendapat kehangatan seorang ibu.

Walau kualitas gambar sudah mulai pudar, tetapi tidak menyurutkanku untuk menikmati menit demi menit. Film yang berdurasi hampir 2 jam itu memberi kesan mendalam bagi jiwa dan imajinasiku. Walau judulnya tidak menarik, tetapi bagus juga ternyata jalan ceritanya, lho.


Kehidupan Anak Adopsi


Sari si Anak Adopsi di Film Neraca Kasih (1982)

Neraca Kasih ini sebenarnya menceritakan perjalanan hidup seorang anak yang bernama Sari (diperankan Kiki Rizky Amelia saat dia kecil dan Yessi Gusman ketika dewasa). Keluarga Sari berasal dari Medan. Mamanya (diperankan Joice Erna) seorang janda yang memiliki dua anak lainnya. Merasa tak sanggup membiayai ketiga anaknya tersebut, akhirnya dia merelakan Sari, anak keduanya itu, diadopsi oleh kakak iparnya sendiri, berprofesi pengacara sukses, dan tinggal mandiri di rumah mewah di Jakarta. 
Sari diserahkan setelah adanya keputusan pengadilan. 

Saat mamanya membereskan semua pakaiannya ke dalam koper, Sari hanya tahu akan pergi jalan-jalan ke Jakarta bersama om Gunawan yang mengantarnya. Saat itu Sari sangat bahagia bisa naik kapal laut dan taksi. Namun sampai di rumah Jakarta, Sari minta pulang, dia mencari mamanya karena takut tidak mau tinggal di situ. Untung ada Mbok (diperankan Wolly Sutinah alias mak Wok) yang menemani dan mengurus segala keperluannya.

Sari si Anak Adopsi di Film Neraca Kasih (1982)

Sari harus hidup disiplin dan rajin belajar, tak boleh banyak main ke luar rumah, apalagi bermain bersama anak tetangga yang dianggap bandel dan tidak disukai Mbok, alasannya karena suka naik-naik tembok. Ternyata anak lelaki yang bernama Daniel itu hanya ingin mengajak Sari bermain. Rumah mereka hampir berdempetan, Daniel lebih memilih jalan pintas memanjat dan melintasi tembok pembatas rumah.


Walau hidup Sari seperti terkungkung dan banyak aturan, namun kebutuhan Sari selalu dipenuhi, tidak kekurangan dan tidak melelahkan. Semua keperluan seperti menyiapkan air panas untuk mandi, membuat sarapan, urusan rumah, cucian, dan jajan adalah tugas mbok. Bude Purwanti (diperankan Tuti Indra Malaon) ingin membuat Sari menjadi wanita yang bermartabat.

Kehidupan seperti begini sebenarnya impian para anak-anak saat itu ya. Enaknya hidup di rumah orang kaya, semua keperluan disediakan, tugas kita cuma belajar dan main. Mau sekolah favorit tinggal tunjuk. Disediakan kamar besar di lantai atas, ada balkon, bisa ngintip rumah tetangga yang punya anak laki-laki ganteng dan bikin hati gembira. Nanti kalau besar jadi jodoh. Wuihh mantep banget kan? Hehe..


Ketika Anak Adopsi Harus Memilih Hak Asuh


Sari si Anak Adopsi di Film Neraca Kasih (1982)

Walau hidup enak bersama bude tetapi Sari tetap merindukan mama dan kedua saudaranya. Suatu hari, om Gunawan datang dan menyampaikan kabar ke bude kalau mamanya Sari berubah pikiran, ingin mengambil Sari kembali. Alasan lainnya mamanya sudah menikah lagi dengan pria mapan berkecukupan, jadi mama merasa sanggup untuk mengurusnya kembali. Namun bude menolak, dia mengutamakan aturan pengadilan, Sari tetap harus tinggal bersamanya.


Om Gunawan tidak bisa berbuat banyak. Tidak juga diperbolehkan menemui Sari. Begitu pamit dan berjalan pulang, Sari mengejarnya, menangis di pelukan om Gunawan dan menitipkan kedua potongan rambut kepangnya untuk mama sebagai kenang-kenangan. Daniel si anak blasteran melihat kejadian itu dan memarahi om Gunawan supaya tidak menyakiti Sari.

Sejak kejadian itu, Daniel dan Sari semakin akrab. Namun sayang, Daniel harus pindah ke luar negeri tempat asal mamanya. Sari sedih, sengaja menggunakan uang tabungannya untuk membelikan hadiah ulang tahun, eh Daniel sudah tidak ada. Bude jadi tahu kalau diam-diam Sari membelanjakan uang tersebut, dinasihati kenapa tidak bilang langsung?

Sari si Anak Adopsi di Film Neraca Kasih (1982)

Hidup Sari makin terasa sepi tapi suatu kali ada secercah kebahagiaan. Mama dan papa barunya (diperankan Zainal Abidin) hadir menemui Sari di sekolah, mengajaknya pergi ke hotel, makan bersama di restoran dan berbelanja membeli boneka, diam-diam tanpa seizin bude. Sari senang, berharap bisa setiap hari dijemput, diajak pergi seperti ini. Namun sayang keinginan Sari tidak bisa selalu dipenuhi oleh mama dan papa barunya itu. Sari menyusul ke hotel, ternyata sudah berganti penghuni, sudah tak ada lagi mama dan papanya.


Singkat cerita, sepuluh tahun kemudian, Sari harus mendaftar kuliah. Dia bilang sama si mbok mau ke Sukabumi bareng temannya. Ternyata Sari malah terbang ke Medan mumpung bude sedang ada urusan di luar negeri. Sari disambut dan diperlakukan baik oleh adik dan keluarganya di sana, dibikin senang, diajak main ke pantai, dikenalkan kepada berbagai teman mama dan papanya. Dibelikan sepeda motor agar mudah pergi ke kampus barunya.

Sari si Anak Adopsi di Film Neraca Kasih (1982)

Namun begitu bude menjemputnya, Sari malah ingin tinggal lama di Medan bersama kedua orang tuanya. Sebenarnya bude sedih, apalagi sempat dikatai perawan tua yang tak punya perasaan oleh adiknya Sari. Bude buru-buru pergi mengejar jadwal pesawat ke Jakarta.
Sari merasa bersalah dan berkonsultasi pada om Gunawan teman baik almarhum ayahnya dulu. Om Gunawan menyuruh Sari memahami kondisi psikologi mama maupun bude di Jakarta.

Suasana Medan yang berbeda membuat Sari makin tidak nyaman. Sifatnya sangat berbeda dengan adiknya, Hesti (diperankan Meriam Bellina). Adiknya keras kepala dan arogan akibat dimanja. Suka memerintah. Tidak peduli urusan orang lain. Puncaknya, Hesti kepergok berduaan di kamar bersama Edo, teman dekat Sari di kampus. Kesal kepada kakaknya itu, buku-bukunya dilempar, dan diusir ke kamar lain. Sari makin bimbang. Apalagi mamanya malah menyalahkan dirinya, dianggap tidak bisa memberikan contoh yang baik pada adiknya itu.

Sari si Anak Adopsi di Film Neraca Kasih (1982)

Akhirnya Sari memutuskan untuk kembali ke rumah bude. Tiba di Jakarta, sebenarnya dia malu dan ingin menunggu bude di luar saja. Mbok yang sudah sangat sayang padanya, segera menarik dirinya ke dalam gerbang dan masuk rumah. Diantarkannya lagi ke kamarnya yang dulu, masih terawat dan bersih. Kata mbok, bude selalu berpesan agar kamarnya itu dipel setiap hari dan tidak boleh ada barang apa pun yang dibuang. Wow, bude yang kaku itu pun ternyata sayang juga sama Sari.


Ya wajar sih, Sari digambarkan sebagai anak yang baik, penurut, gak neko-neko, tumbuh menjadi anak yang pintar dan mandiri. Siapa yang tidak sayang dengan anak yang seperti itu? Mendengar cerita mbok kalau Bude sangat sayang padanya, Sari segera mencari budenya di kantor. Bude pun menyambut kehadirannya kembali dan memeluknya dengan tulus. Pertemuan yang mengharukan menurutku.


Film Neraca Kasih, Cocok Buat Healing dan Nostalgia


Sari si Anak Adopsi di Film Neraca Kasih (1982)

Buat kamu yang pengen nonton film nostalgia jaman 80-90an tanpa banyak konflik yang didramatisasi, rasanya cocok untuk menonton film Neraca Kasih ini, sebagai healing. Ceritanya wajar dan tidak ada adegan yang bikin kita kesal sampai ke ubun-ubun. Nontonnya santai bernostalgia seperti yang kubilang sebelumnya.


Suasananya, pakaiannya, gaya rambutnya, isi rumahnya yang nyaman, kasih sayang dan perhatian mbok sangat hangat, perlakuan anak tetangga yang menyenangkan, serta sikap bude yang baik benar-benar membuat jiwa kita ikut bahagia dan inget jaman dulu. Bumbu-bumbu "jahat" cuma sepersekian persen lah, itu pun masih kita bisa nikmati.

Sayangnya, di akhir film, pertemuan Sari dan Daniel yang kembali ke Indonesia tidak diceritakan panjang lebar. Tahu-tahu Daniel sudah menunggu di depan gerbang rumah, Sari awalnya bingung siapa dia, tapi begitu ada siulan khas Daniel kecil, baru deh Sari sadar dan segera berlari ke arahnya. Belum juga pelukan eh adegannya di-stop. Lhaaa, bikin penasaran aja, wkwk..!

Tapi ya sudahlah, semoga aja ceritanya dan Daniel berjodoh, menikah, dan hidup bahagia. Walau tetap aku gregetan, kok Daniel gede gantengnya nanggung, mana aktingnya kurang asik dilihat. Entah dia siapa, aku tak mencari tahu, dia cuma numpang lewat doang. Andaikan Daniel gede diperankan Robby Sugara, waahh makin seger aja liatnya.

Gimana kalian juga sudah pernah menonton film Neraca Kasih ini? Atau punya rekomendasi film jadul bertema sama dan santai buat ditonton? Komen dong!


9 komentar:

  1. waa jadul banget ini filmnya yaaa, aku belum pernah nonton deh kayanya niiih hihihi,. coba coba ah mau aku rekomendasiin film ini buat kaka ipar aku yang suka film jadul ihihihi

    BalasHapus
  2. Walah baru tahu kalau ada film ini saking enggak sempatnya melihat perkembangan film Indonesia sejak dulu. Padahal film kayak gini selalu mengundang air mata jadi ingat filmnya Ari yang dibunuh orang tuanya sendiri. Kisah keluarga seperti memang selalu menarik meski jadul, tapi berbobot. Terima kasih informasinya!

    BalasHapus
  3. Biasanya film lawas yang diperankan dengan sepenuh hati dan jalan ceritanya ngga jauh dari kehidupan sehari hari walaupun terkadang mudah ditebak. Belum pernah menonton filmnya, genrenya drama ya ini kak

    BalasHapus
  4. Daku belum pernah nonton ini kak Lia, selain karena belum terbit saat filmnya launching hehe dan mungkin pernah tayang ulang di tivi tapi dakunya nggak engeh.
    Film jadul Wiro sableng kak seru kayaknya hehe

    BalasHapus
  5. Aku nonton iniiii waktu masih kecil, tapi nggak terlalu ngerti. Cuma ikut sedih waktu Sari sedih. Hehe...namanya juga anak kecil. Kalau nonton lagi sekarang, sepertinya akan melihat dari perspektif yang berbeda.

    BalasHapus
  6. belum pernah melihat film ini saya mba, tapi cuplikannya pernah lihat di salahs atu sosmed, pasti kalau film-film zaman dulu itu aktingnya bagus-bagus juga dan menghayati banget, naturalnya juga dapet banget biasanya

    BalasHapus
  7. Duh filmnya emang udah lama banget ya.. Tapi menarik juga disimak ceritanya. Nostalgia dan healing nya dapet ya kak...

    BalasHapus
  8. Ya ampuuunn... Robby Sugara, lakik banget ya gantengnya. Misalnya diperankan dia bakalan keren. Mungkin karena munculnya hanya sedikit, dikasih pemeran yang biasa aja kalik ya, bukan dia hehehe....

    Iya, kalau bumbu jahatnya kebanyakan tuh malah ga nyaman untuk ditonton. Film-film jaman dahulu lebih bersahaja jalan ceritanya, nyes di hati ketika menonton berbagai kebaikan yang ada di jalan ceritanya. Kebayang betapa sayangnya Budhe kepada Sari, mendingan di situ aja lah daripada kisruh hidup bersama ibu dan adiknya yang sulit diatur.

    BalasHapus
  9. baca ulasan film nya menarik banget, jadi tertarik buat nyari dan nonton juga, haha gak melulu harus drakoran ya, film jadul banyak kualitas cerita yang bagus.

    BalasHapus

Agar tidak spam pada komentar, gunakan akun Google kamu. Atau kirim email ke: info.narasilia@gmail.com. Thank you ❤

Pengikut:

Lia Lathifa's Medium Audience Badge